Makalah: Ekonomi SDM dan Ketenagakerjaan
PERMINTAAN TENAGA KERJA DI INDONESIA
Di Susun oleh:
Ikhsanul Huda
D.a Rahmat
Cut Saidah Nafisah
Muhammad Ramdhan Bay
Dosen Pembimbing:
Hafidhah SE, M.Si.,Ak.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM
EKONOMI SYARIAH
2015-2016
BAB II
PERMINTAAN
TENAGA KERJA
1. Konsep permintaan
Permintaan adalah suatu hubungan antar harga dan kuantitas. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah (yang ditilik dari prespektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan (dalam hal ini dapat dikatakan dibeli). Secara khusus, suatu kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum yang dikehendaki seorang pembeli untuk membelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal tenaga kerja, kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang seorang tenaga kerja pengusaha bersedia untuk mempekerjakannya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu.
Oleh sebab itu tujuan kita adalah mengembangkan kerangka yang menunjukan jumlah tenaga kerja yang diminta pihak perusahaan pada berbagai macam alternatif harga tenaga kerja. Permintaan akan tenaga kerja ini kita dapatkan dari suatu perangkat keadaan yang disebut jangka pendek, yang patut menjadi bahan tinjauan tambahan yang terpaksa harus diterima oleh pengusaha, baik menyangkut harga jual produk maupun tingkat upah yang diberikan. Setelah kita kita mengembangkan permintaan perusahaan akan tenaga kerja dalam jangka waktu pendek, maka kita mengalihkan perhatian kepada permintaan tenaga kerja menggunakan berbagai macam input. Teori yang kita sajikan ini dikenal sebagai teori produktivitas marjinal tentang permintaan tenaga kerja dalam pasar-pasar yang bersaingan.
2. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Pendek
A. Hubungan Produksi : Produk Fisik Marjinal
Setiap kuantitas batubara yang diberikan dapat dihasilkan dengan berbagai macam kombinasi tenaga kerja dan modal. Misalnya, 19 ton batubara dapat dihasilkan dengan 4 unit modal dan 1 unit tenaga kerja atau dengan 3 modal dan 2 unit tenaga kerja. Hubungan input-output pada suatu perusahaan yang khusus, digambarkan secara grafik pada gambar di atas. Unit modal yang digunakan dalam proses produksi diperlihatkan dalam sumbu vertikal; unit tenaga kerja, yang kita ukur dengan hari-hari kerja, diperlihatkan oleh garis sumbu yang horisontal. Garis-garis kurva yang disebut isokuan (isuquants) memperlihatkan berbagai macam kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan peruhaan untuk menghasilkan “kuantitas yang sama” dari output. Misalnya, perusahaan kita yang khusus itu, yang sengaja kita andaikan mengelola sebuah tambang batubara, dapat menambah 19 ton batubara dengan cara menggunakan lima unit modal dan dua unit tenaga kerja, atau dengan cara kombinasi lainnya antara tenaga kerja dengan modal pada isokuan yang sama. Tenaga kerja dan modal lalu merupakan subsitusi dalam proses produksi.
Sebagaimana dapat kita lihat dari gambar di atas, maka perusahaan dapat meningkatkan outputnya dari 19 ton batubara, katakanlah menjadi 27 ton dengan cara meningkatkan jumlah modal yang digunakannya, dengan cara meningkatkan jumlah modal yang digunakannya atau dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang digunakannya, atau meningkatkan kedua input tsb. Apabila diberi kebebasan untuk memilih, maka pengusaha akan menghasilkan setiap jenis output khusus dengan kombinasi modal dan tenaga kerja yang paling sedikit biayanya. Akan tetapi oleh karena asumsi kita bahwa merubah kuantitas modal yang ia gunakan. Perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja.
B. Skedul Nilai Produk Fisik Marjinal.
Kita telah mengasumsikan bahwa perusahaan kita menjual produknya dalam suatu pasar produk yang bersaing secara murni, gambar di bawah menunjukan penentuan harga dalam pasar produk dimana perusahaan itu menjual outputnya. Harga pasar batubara ditentukan oleh interaksi permintaan akan batubara dan penawaran batubara. Harga batubara ditentukan oleh interaksi permintaan pasar D dan penawaran S seperti pada panel a. Sebagai akibatnya, kurva permintaan dalam persaingan murni adalah elastis tak terhingga pada harga pasar $ 40. Menjual suatu output apapun di atas harga ini, memang tidak ada alasan untuk menjual di bawah harga ini karena ia dapat menjual sebanyak mungkin batubara yan gia kehendaki dengan harga $ 40 per ton. Penerimaan perusahaan itu akan bertambah dengan $ 40 bagi setiap ton batubara yang dijualnya, suatu jumlah yang sama dengan harga penjualan produk. Kita sekarang dapat menyusun suatu skedul yang memperlihatkan jumlah yang dapat meningkatkan penerimaan perusahaan jika ia menambah penggunaan tenaga kerja. Apabila perusahaan itu menambahkan penggunaan tenaga kerja lagi, maka penerimaannya akan bertambah dengan jumlah nilai produk fisik marjinal VMPP, yang merupakan harga dari tiap unit output P, dikalikan dengan jumlah unit output yang dihasilkan oleh unit tenaga kerja tambahan (MMP bagi tenaga kerja dari gambar di bawah) menggambarkan skedul VMMP bagi produsen batubara kita. Sebagaimana gambar memperlihatkan kepada kita, setiap urutan input tenaga kerja mengandung secara berturut-turut peneerrimaan yang makin berkurang bagi perusahaan. Hal, ini disebabkan oleh adanya diminshing returns dalam produksi. Unit tenaga kerja pertama menambahkan $ 400 bagi penerimaan perusahaan, unit yan gkedua menambahkan $ 360 dan unit yan gketiga menambahkan $ 320. Karena unit tenaga kerja yang kesebelas mempunyai MPP nol, maka penggunaan unit itu tiadak akan mendatangkan penerimaan tambahan bagi perusahaan. Nilai produk fisik marjinal VMPP adalah produk fisik marginal tenaga kerja MPP dikalikan dengan harga produk P pada setiap jumlah tenaga kerja yang digunakan. Apabila tingkat upah pasar adalah $ 80 per hari kerja, perusahaan menghadapi suatu kurva penawaran tenaga kerja yang elastis tak terhingga pada upah itu, suatu upah yang sama dengan biaya faktor marjinal bagi perusahaan. Perusahaan akan memaksimalkan keuntungan dengan cara menggunakan tenaga kerja 9 hari kerja.
C. VMMP Adalah Permintaan Perusahaan Akan Tenaga kerja
Skedul VMPP merupakan permintaan perusahaan akan tenaga kerja. Ia merupakan kurva permintaan perusahaan karena ia menentukan harga maksimum yang akan dibayarkan oleh perusahaan bagi berbagai jumlah tenaga kerja. Setiap perusahaan yang diasumsikan hendak memaksimalkan keuntungan akan tidak mau dengan sengaja membayar setiap input lebih dari pada input yang ditambahkan kepada penerimaan perusahaan secara keseluruhan.
Kurva permintaan tenaga kerja yang menunjukan kecondongan garis menurun merupakan kesimpulan utama bagi para ahli ilmu ekonomi teori neoklasik perusahaan. Perusahaan yang menghendaki keuntungan maksimal dapat memilih jumlah terbaik bagi tenaga kerja untuk digunakan. Jumlah itu dalam persaingan murni selalu merupakan jumlah yang menjadikan VMPP tenaga kerja sama dengan upah, oleh karena upah merupakan biaya marjinal bagi suatu unit tenaga kerja. Apabila tenga kerja meningkat, perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan sebaliknya.
3. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Panjang
Jangka
panjang dalam teori perusahaan adalah konsep perusahaan dalam melakukan
penyesuaian penuh terhadap keadaan ekonomi yang berubah. Perbedaan antara
permintaan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang adalah perbedaan
antara :
1. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan itu tidak sanggup mengadakan perubahan terhadap input yang lain.
1. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan itu tidak sanggup mengadakan perubahan terhadap input yang lain.
2. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan itu sanggup mengadakan perubahan terhadap inptunya yang lain[1]
4. Kurva permintaan tenaga kerja
Garis
DD melukiskan besarnya nilai hasil marginal karyawan (value marginal physical
product of labor atau VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya
jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 0A=100 Orang, maka nilai hasil kerja
orang yang ke-100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama dengan MPPL x P = W1.
Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh sebab itu
laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha
dapat terus menambah laba perusahaan dengan memperkerjakan tenaga kerja hingga
ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL x P sama dengan
upah yang dibayarkan pada karyawan. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba
maksimum bila MPPL x P = W . Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari pada
ON, misalnya OB akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah
pada tingkat yang berlaku (W), padahal hasil nilai
marginal yang diperolehnya sebesar W2 yang lebih kecil dari pada W. Jadi
pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah karyawan yang lebih besar dari
pada ON. Penambahan karyawan yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan hanya
bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W atau pengusaha
dapat menaikkan harga jual barang (Simanjuntak, 1985).
1. Permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek
Dalam jangka pendek, perusahaan tidak mampu untuk
mengubah kuantitas modal yang ia gunakan dan tidak dapat menambah output
kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja (Arfida, 2003).
Kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan perusahaan untuk menghasilkan “kuantitas yang sama” dari output diperlihatkan oleh garis- garis kurva yang disebut isokuan.
Misalnya, perusahaan dapat mencapai isokuan 2 dengan cara menggunakan lima unit tenaga kerja, atau dengan cara kombinasi lainnya antara tenaga kerja dan modal yang merupakan substitusi dalam proses produksi. Pada umumnya, bila sebuah perusahaan harus secara berturut- turut mengurangi satu unit penggunaan dari satu faktor produksi, maka ia harus menggunakan secara berturut- turut jumlah yang lebih besar dari faktor produksi yang lainnya agar dapat mempertahankan kuantitas output tanpa mengalami perubahan. Fakta ini tercermin pada kurvator isokuan yang dilukiskan berbentuk cembung terhadap titik O (origin) (Arfida, 2003).
Kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan perusahaan untuk menghasilkan “kuantitas yang sama” dari output diperlihatkan oleh garis- garis kurva yang disebut isokuan.
Misalnya, perusahaan dapat mencapai isokuan 2 dengan cara menggunakan lima unit tenaga kerja, atau dengan cara kombinasi lainnya antara tenaga kerja dan modal yang merupakan substitusi dalam proses produksi. Pada umumnya, bila sebuah perusahaan harus secara berturut- turut mengurangi satu unit penggunaan dari satu faktor produksi, maka ia harus menggunakan secara berturut- turut jumlah yang lebih besar dari faktor produksi yang lainnya agar dapat mempertahankan kuantitas output tanpa mengalami perubahan. Fakta ini tercermin pada kurvator isokuan yang dilukiskan berbentuk cembung terhadap titik O (origin) (Arfida, 2003).
Setiap kuantitas produk
dapat dihasilkan dengan berbagai macam kombinasi tenaga kerja dan modal.
Misalnya, isokuan 2 dapat dicapai dengan 5 unit modal dan 2 unit tenaga kerja
atau dengan 4 unit modal dan 3 unit tenaga kerja. Perusahaan dapat meningkatkan
outputnya dari isokuan 2, katakanlah menjadi isokuan 3 dengan cara meningkatkan
jumlah modal yang digunakan atau dengan cara meningkatkan kedua jenis input.
Apabila diberikan kebebasan penuh untuk memilih, maka pengusaha akan
menghasilkan setiap jenis output dengan kombinasi modal dan tenaga kerja yang
paling sedikit biayanya. Akan tetapi, karena asumsi kita bahwa perusahaan itu
berada dalam jangka pendek, maka ia tidak mampu untuk mengubah kuantitas modal
yang ia gunakan. Perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat menambah output
kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja (Arfida, 2003).
2. Permintaan
tenaga kerja dalam jangka panjang
Jangka panjang dalam teori
perusahaan adalah konsep perusahaan dalam melakukan penyesuaian penuh terhadap
keadaan ekonomi yang berubah. Dimisalkan perusahaan akan mencapai isokuan, maka
output sebesar itu dapat dihasilkan dengan satu unit tenaga kerja yang
dikombinasikan dengan empat unit modal. Perusahaan juga dapat mengkombinasikan
dua unit tenaga kerja dengan tiga unit modal. Apabila pemilik perusahaan itu
bebas (sebagaimana keadaan yang sesungguhnya) dalam jangka panjang untuk
memilih setiap bentuk kombinasi modal dan tenaga kerja, maka kombinasi yang
akan dipilih supaya dapat memaksimalkan keuntungan adalah dengan kombinasi
modal dan tenaga kerja yang mana saja asal mengandung biaya paling rendah
(Arfida, 2003).
Kombinasi tenaga kerja dan
modal yang memberikan biaya paling rendah. Perusahaan dapat mencapai isokuan
dengan berbagai macam kombinasi tenaga kerja dan modal, termasuk yang
diperlihatkan pada titik C, D dan E. Walaupun demikian, perusahaan sebaiknya
memilih kombinasi C, karena $60 merupakan kombinasi paling murah.
Jika tingkat upah harus dinaikkan, maka setiap kemungkinan tingkat output haruslah dihasilkan dengan tenaga kerja yang lebih sedikit dan modal yang lebih banyak. Produsen akan menggantikan modal bagi tenaga kerja dalam jangka panjang agar dapat menghasilkan setiap tingkat output dengan biaya yang terendah.
Pengetahuan tentang kecenderungan perusahaan dalam jangka panjang membantu untuk mengarahkan pengunaan suatu input yang relatif lebih murah. Hal ini memungkinkan bagi kita untuk membandingkan reaksi perusahaan dalam jangka panjang. Sebagaimana dinyatakan terdahulu, kurva perusahaan VMPP adalah kurva permintaan dalam jangka pendek akan tenaga kerja. Dalam gambar 2.4, perusahaan diasumsikan pada mulanya berada dalam keseimbangan jangka pendek dengan tingkat upah pasar W1, dan tingkat penggunaaan tenaga kerja yang sesuai, N1, yang ditunjukan oleh kurva permintaan perusahan dalam jangka pendek, VMPP1. Kita juga harus mengasumikan bahwa perusahaan berada dalam keseimbangan jangka panjang yang di dalamnya menghasilkan output dengan kombinasi tenaga kerja dan modal yang paling rendah biayanya, misalkan tingkat upah meningkat sampai W2. Dalam jangka pendek, perusahaan akan menemukan bahwa biaya produksinya telah mengalami kenaikkan sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja sampai Ni, sepanjang skedul VMPP-nya. Dalam jangka panjang, perusahaan akan melakukan penyesuaian (modal akan menggantikan tenaga kerja). Jumlah tenaga kerja yang digunakan selanjutnya dalam jangka panjang akan berkurang sampai titik No (Arfida, 2003).
Jika tingkat upah harus dinaikkan, maka setiap kemungkinan tingkat output haruslah dihasilkan dengan tenaga kerja yang lebih sedikit dan modal yang lebih banyak. Produsen akan menggantikan modal bagi tenaga kerja dalam jangka panjang agar dapat menghasilkan setiap tingkat output dengan biaya yang terendah.
Pengetahuan tentang kecenderungan perusahaan dalam jangka panjang membantu untuk mengarahkan pengunaan suatu input yang relatif lebih murah. Hal ini memungkinkan bagi kita untuk membandingkan reaksi perusahaan dalam jangka panjang. Sebagaimana dinyatakan terdahulu, kurva perusahaan VMPP adalah kurva permintaan dalam jangka pendek akan tenaga kerja. Dalam gambar 2.4, perusahaan diasumsikan pada mulanya berada dalam keseimbangan jangka pendek dengan tingkat upah pasar W1, dan tingkat penggunaaan tenaga kerja yang sesuai, N1, yang ditunjukan oleh kurva permintaan perusahan dalam jangka pendek, VMPP1. Kita juga harus mengasumikan bahwa perusahaan berada dalam keseimbangan jangka panjang yang di dalamnya menghasilkan output dengan kombinasi tenaga kerja dan modal yang paling rendah biayanya, misalkan tingkat upah meningkat sampai W2. Dalam jangka pendek, perusahaan akan menemukan bahwa biaya produksinya telah mengalami kenaikkan sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja sampai Ni, sepanjang skedul VMPP-nya. Dalam jangka panjang, perusahaan akan melakukan penyesuaian (modal akan menggantikan tenaga kerja). Jumlah tenaga kerja yang digunakan selanjutnya dalam jangka panjang akan berkurang sampai titik No (Arfida, 2003).
3. Permintaan
tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang
Ada dua hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, karena fleksibilitas yang ditambahkan yang dimiliki
perusahaan itu dalam jangka panjang, maka permintaan tenaga kerja perusahaan
dalam jangka panjang (Dk) akan bersifat lebih responsif terhadap perubahan
suatu tingkat upah (dalam hal ini memperlihatkan perubahan yang lebih besar
dalam jumlah permintaaan tenaga kerja) dibandingkan dengan permintaan dalam
jangka pendek (VMPP) seperti tertera dalam skedul.
Kedua, suatu perusahaan yang
berada pada keseimbangan jangka panjang haruslah juga berada pada keseimbangan
dalam jangka pendek. Karena kurva permintaan jangka panjang menunjukkan jumlah
tenaga kerja yang digunakan sehingga menempatkan perusahaan itu pada
keseimbangan jangka panjang, maka setiap titik pada kurva permintaan jangka
panjang harus mempunyai kurva permintaan jangka pendek (skedul VMPP) yang
melewatinya. Hanya satu kurva permintaan jangka pendek, VMPP1 yang
diperlihatkan pada gambar Permintaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang.
Kurva itu adalah skedul VMPP yang dihubungkan dengan jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan dalam keseimbangannnya berjangka panjang semula. Begitu perusahaan melakukan perubahan terhadap jumlah modal yang digunakannya, maka skedul VMPP mengalami pergeseran pula.
Dalam jangka panjang, perubahan permintaan akan tenaga kerja dalam bentuk loncatan (shift) dapat terjadi karena pertambahan hasil produksi secara besar- besaran, peningkatan produktivitas kerja karyawan dan penggunaan teknologi baru (Simanjuntak, 1985).
Pertama, sehubungan dengan usaha- usaha pembangunan ekonomi nasional, biasanya beberapa sektor bertumbuh dengan lambat. Akibatnya penghasilan orang yang bekerja di sektor golongan pertama juga meningkat dengan cepat dibandingkan dengan pertambahan penghasilan mereka yang bekerja di sektor yang pertumbuhannya lambat. Ketimpangan penghasilan seperti itu biasanya merubah pola konsumsi. Golongan yang penghasilannya bertambah dengan cepat biasanya mempunyai tambahan permintaan yang besar akan barang- barang mewah seperti mobil, TV, video, alat- alat musik, pendidikan, rekreasi, dan lain- lain. Tambahan permintaan akan barang- barang tersebut menimbulkan shift dalam permintaan akan tenaga kerja di perusahaan- perusahaan dimana barang tersebut di produksikan.
Kedua, shift terhadap permintaan tenaga kerja dapat terjadi karena peningkatan produktivitas kerja. Kenyataan menunjukkan bahwa salah satu yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produktivitas kerja para karyawan. Akan tetapi seperti halnya dengan perbedaan pertumbuhan di beberapa sektor, maka peningkatan produktivitas kerja di sektor- sektor tersebut juga berbeda. Ada sektor- sektor dimana terjadi peningkatan produktivitas kerja yang tinggi sedang di beberapa sektor lain produktivitas kerja bertambah dengan kecil atau tidak bertambah sama sekali.
Hal ketiga yang mengakibatkan shift dalam permintaan akan tenaga kerja adalah perubahan dalam metoda produksi. Pada tingkat akhir, permintaaan akan tenaga kerja dalam jangka panjang dipengaruhi oleh perubahan- perubahan dalam metode produksi. Adanya kemajuan yang pesat dalam penggunaan komputer dan mini computer menimbulkan permintaan yang pesat akan tenaga- tenaga di bidang tersebut. Akan tetapi tenaga- tenaga untuk pembukuan, dokumentasi dan lain- lain, menjadi relatif berkurang. Jadi perubahan metoda produksi di satu pihak menambah akan permintaan tenaga kerja dalam keahlian tertentu, akan tetapi di lain pihak mengurangi permintaan akan keahlian yang lain [2]
Kurva itu adalah skedul VMPP yang dihubungkan dengan jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan dalam keseimbangannnya berjangka panjang semula. Begitu perusahaan melakukan perubahan terhadap jumlah modal yang digunakannya, maka skedul VMPP mengalami pergeseran pula.
Dalam jangka panjang, perubahan permintaan akan tenaga kerja dalam bentuk loncatan (shift) dapat terjadi karena pertambahan hasil produksi secara besar- besaran, peningkatan produktivitas kerja karyawan dan penggunaan teknologi baru (Simanjuntak, 1985).
Pertama, sehubungan dengan usaha- usaha pembangunan ekonomi nasional, biasanya beberapa sektor bertumbuh dengan lambat. Akibatnya penghasilan orang yang bekerja di sektor golongan pertama juga meningkat dengan cepat dibandingkan dengan pertambahan penghasilan mereka yang bekerja di sektor yang pertumbuhannya lambat. Ketimpangan penghasilan seperti itu biasanya merubah pola konsumsi. Golongan yang penghasilannya bertambah dengan cepat biasanya mempunyai tambahan permintaan yang besar akan barang- barang mewah seperti mobil, TV, video, alat- alat musik, pendidikan, rekreasi, dan lain- lain. Tambahan permintaan akan barang- barang tersebut menimbulkan shift dalam permintaan akan tenaga kerja di perusahaan- perusahaan dimana barang tersebut di produksikan.
Kedua, shift terhadap permintaan tenaga kerja dapat terjadi karena peningkatan produktivitas kerja. Kenyataan menunjukkan bahwa salah satu yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produktivitas kerja para karyawan. Akan tetapi seperti halnya dengan perbedaan pertumbuhan di beberapa sektor, maka peningkatan produktivitas kerja di sektor- sektor tersebut juga berbeda. Ada sektor- sektor dimana terjadi peningkatan produktivitas kerja yang tinggi sedang di beberapa sektor lain produktivitas kerja bertambah dengan kecil atau tidak bertambah sama sekali.
Hal ketiga yang mengakibatkan shift dalam permintaan akan tenaga kerja adalah perubahan dalam metoda produksi. Pada tingkat akhir, permintaaan akan tenaga kerja dalam jangka panjang dipengaruhi oleh perubahan- perubahan dalam metode produksi. Adanya kemajuan yang pesat dalam penggunaan komputer dan mini computer menimbulkan permintaan yang pesat akan tenaga- tenaga di bidang tersebut. Akan tetapi tenaga- tenaga untuk pembukuan, dokumentasi dan lain- lain, menjadi relatif berkurang. Jadi perubahan metoda produksi di satu pihak menambah akan permintaan tenaga kerja dalam keahlian tertentu, akan tetapi di lain pihak mengurangi permintaan akan keahlian yang lain [2]
4. Elastisitas
Permintaan tenaga kerja
Elastisitas permintaan tenaga kerja yaitu persentase
perubahan kesempatan kerja dalam jangka pendek karena perubahan satu persen
tingkat upah. Permintaan tenaga kerja diatas bersifat elastis
karena memiliki elastisitas lebih dari satu dalam nilai absolut. Besar kecilnya
elastisitas permintaan tergantung dari substitusi tenaga kerja dengan faktor
produksi lain, elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan, proporsi
biaya tenaga kerja terhadap seluruh biaya produksi, dan elastisitas penawaran
dari faktor produksi pelengkap lainnya.
Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai
sektor seperti pertanian, keuangan, perdagangan dan lain sebagainya. Tiap
sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Laju pertumbuhan yang berbeda
tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan
laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara
berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga
kerja maupun dalam kontribusinya terhadap pendapatan nasional. Perbedaan laju
pertumbuhan pendapatan regional dan kesempatan kerja tersebut, juga menunjukkan
perbedaan elastisitas masing-masing sektor untuk penyerapan tenaga kerja.
Elastisitas kesempatan kerja (E) yaitu perbandingan laju pertumbuhan kesempatan
kerja ∆N/N dengan laju pertumbuhan ekonomi ∆Y/Y. Elastisitas tersebut dapat
dinyatakan untuk keseluruhan perekonomian atau masing-masing sektor atau
subsektor.
Misalkan pertumbuhan jumlah tenaga kerja per tahun di
Jatim tahun 1993-2002 adalah 1,608 dan pertumbuhan PDRB per tahun sebesar
3,747%. Berapa elastisitas kesempatan kerja secara keseluruhan?
Artinya, apabila PDRB propinsi Jawa Timur bertambah satu
persen, maka akan terjadi penciptaan kesempatan kerja sebesar 0,429 persen.
Konsep elastisitas ini dapat digunakan untuk meperkirakan
pertambahan kesempatan kerja. Bila laju pertumbuhan kesempatan kerja adalah k,
dan laju pertumbuhan PDRB adalah g maka laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat
dirumuskan:
k = E x g
BAB III
Penutup
Dapat dikatakan ketenagakerjaan di
Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa ketidakseimbangan baik
struktural ataupun sektoral. Walaupun telah terjadi pergeseran namun sebagian
besar angkatan kerja Indonesia masih bekerja di sektor pertanian. Dalam
hubungan ini, maka salah satu sasaran
yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga kerja. Untuk
mewujudkan pendayagunaan tenaga kerja maka perlu dilaksanakan berbagai
kebijaksanaan perluasan lapangan kerja produktif. Sasaran utama kebijaksanaan
adalah menciptakan kondisi dan suasana yang bukan saja memberi ruang gerak
inisiatif yang sebesarbesarnya kepada para pelaku ekonomi tetapi juga sekaligus
mendorong serta membantu perkembangan usaha-usaha kecil, usaha-usaha di sektor
informal dan usaha-usaha tradisional.
Permintaan Tenaga kerja, Penawaran
Tenaga Kerja Serta Upah secara teoretis harus diperhatikan agar
kebijakan-kebijakan yang dilakukan mendekati tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Armelly. (1995), “Dampak kenaikan Upah Minimum Terhadap Harga
dan kesempatan Kerja Study Kasus Industri Tekstil di Indonesia: Pendekatan
Analisis Input -Output", Tesis S-2 Program
Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
Atkinson,
A.B. (1982). “Ur employment. Wages, and
Government Policy”, The Economics
Journal, Volume 92, Hal 45-50.
Bellante, Don and
Jackson, Mare. (1990). Ekonomi
Ketenagakerjaan, LPFE UI, Jakarta. Bilas, Richard A. (1989). Teori Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Brown, Charles;
Curtis Gilray and Andrew Kohen. (1982). "The effects of minimum wage on
employment and unemployment", Journal
of Economics Literature, VoLXX, Juni 1982.
Dornbush, R and
Stanly Fisher. (1994). Macroeconomics. 6th
edition. McGraw Hill, New York.
Fehr, E.
Kirchstein, G. and Riedl, A. (1996). "Involuntary Unemployment and
Non-Compensating Wage Differentials in An Experimental Labour Market", The Economic Journal. 106 (Januari), 106
-121.
Majalah Nakertrans
Edisi -03 T-l. XXXIV-Juni 2004
Maliyaud, E.
(1982). "Wages and unemployment". The
Economics Journal. Vol 92.
http://www.
Nakertrans.go.id/ousdatinnaker/BPS
Diah, (2012). Analisis
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus Di Sentra Industri
Kecil Ikan Asin Di Kota Tegal). Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012
CASINO ROOM | Jackson Hole Casino & Hotel
ReplyDeleteExperience 보령 출장마사지 a luxurious stay at Jackson Hole 나주 출장안마 Casino & Hotel – 고양 출장마사지 one of the largest, most 구미 출장마사지 spectacular entertainment, gaming, dining, 서울특별 출장마사지 shopping,