Islam dan Demokrasi Wacana Islam dan demokrasi dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok pemikiran:
1.
Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam merupakan
sistem politik yang mandiri (self-sufficient). Islam dipandang sebagai sistem
politik alternatif terhadap demokrasi. Karena itu demokrasi sebagai konsep
Barat tidak tepat untuk dijadikan acuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Sementara Islam sebagai agama yang sempurna tidak saja mengatur
persoalan keimanan tetapi juga mengatur segala aspek kehidupan manusia.
Pandangan ini didukung oleh kalangan cendikiawan muslim seperti Sayyid Qutb,
Syekh Fadhallah Nuri, Dan Syekh Muhammad Mutawalli al-Sha’rawi.
2. Islam
berbeda dengan demokrasi apabila demokrasi didefinisikan secara prosedural
seperti dipahami dan dipraktikkan di negara-negara Barat. Sebaliknya Islam
merupakan sistem politik demokratis kalau demokrasi didefinisikan secara
substantif, yakni kedaulatan di tangan rakyat dan negara merupakan terjemahan
dari kedaulatan rakyat. Dengan demikian dalam pandangan kedua ini, demokrasi
adalah konsep yang sejalan dengan Islam setelah diadakan penyesuaian penafsiran
terhadap konsep demokrasi itu sendiri. Tokoh dari pandangan ini yaitu Abdul
Fattah Morou dan Taufiq Asy-Syawi, dari Indonesia Moh. Natsir.
3.
Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik
demokrasi seperti yang dipraktikkan negara-negara maju. Islam di dalam dirinya
demokratis tidak hanya karena prinsip syura (musyawarah), tetapi juga karena
adanya konsep ijtihad dan ijma. Di Indonesia pandangan ketiga lebih dominan
karena demokrasi sudah menjadi bagian integral sistem pemerintahan di
Indonesia. Walaupun begitu tidak berarti bahwa demokrasi dapat tumbuh dan
berkembang di negara-negara muslim secara otomatis dan cepat. Bahkan yang
terjadi adalah kebalikannya dimana negara-negara muslim justru merupakan negara
yang tertinggal dalam berdemokrasi sementara kehadiran rezim otoriter lebih
dominan.
Terdapat
beberapa argument teoritis yang bias menjelaskan lambannya pertumbuhan dan
perkembangan demkrasi di dunia islam yaitu:
1. Pemahaman
doktrinal menghambat praktek demokrasi
2. Persoalan
kultur
3. Lambannya
pertumbuhan demokrasi di dunia islam tak ada hubungan dengan teologi maupun
kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu sendiri.